Wednesday, April 30, 2008

GLosary Forum

OOT = Out of Topic
GRP = Good Reputation Point
BRP = Bad Reputation Point
LOL = Laughing Out Loud
BTT= back to topic
IMHO=in my humble opinion
momod=moderator
admin/mimin=administrator
PM=private message
CMIIW = Correct me if im wrong
ASAP = As Soon As Possible
TS = thread starter -> ditujukan utk pembuat thread
BRB= Be Right Back
ATM = At the moment
BB = Buh Bye
Blog = Online Journal
BTW = By The Way
CPD = CaPe De
CU = See You
FAQ = Frequently Asked Question(s)
Flame = Ngehina suatu post/member laen
Flamer = Penghina suatu post/member laen
FTL = For The Lose
FTW = For The Win
FU = F You
FYI = For Your Information
GL = Good Luck
GTG = Got to go
GPP = nGgak apa aPa
gw = gua
IDK = I Dont Know
IMBA = imbalance
IRC = Internet Relay Chat
IRL = In Real Life
k/kk = OK/kakak
km = kamu
LMAO = Laughing My Ass Off
n00b/noob/newb/newbie = member/pemaen baru (lebih tepatnya pemaen yg gak jago2/bikin kesel; sering dipake buad ngehina member laen)
NP/NoProb = No Problem
nt = Nice Thread/Nice Try <-- Jarang ada yg pake
OMFG = Oh My F'n God
OMG = Oh My God
OS = Operating System
pls = please
pr0/pro = u guess it..
ROFL = Rolling On the Floor Laughing
STFU = Shut Up F You
sumod = super moderator
swt = sweat
TY = Thank You
u = You
WTF = What The F
WTH = What The Hell
ASL = Age Sex Land (untuk menanyakan Umur, Jenis Kelamin dan tempat tinggal)
Agata = anak gaul jakarta
ABCD = aduh bo cape de..
AADC = Ada apa dengan cinta (mulai ngawur)
CGYTA = Cuma Gua Yang Tau Artinya....

Sunday, April 27, 2008

Sedikit Pengetahuan Umum



tahukah anda :

1. Sampai bayi berusia enam bulan, Ia dapat bernafas dan menelan dalam waktu yang bersamaan. (sungguh nikmatnya..)

2. Tawarkanlah sebuah bolpoin baru untuk menulis (ingat ya, untuk MENULIS), 97% orang akan menulis namanya sendiri.

3. Nyamuk jantan vegetarian.

4. Buah anggur akan meletus jika anda menaruhnya di dalam microwave. (coba aja kalo ngga percaya. hehe)

5. Ukuran mata kita selalu sama sejak lahir, tetapi hidung dan telinga kita terus bertumbuh.

6. Berlawanan dengan kepercayaan orang, permen karet yang tertelan tidak tinggal di dalam usus. Permen itu akan melewati jalan yang biasa dan akan dikeluarkan.

7. Pada 40 derajat, orang akan kehilangan sekitar 14,4 kalori per jam untuk bernafas.

8. Ada sebuah hotel di Swedia yang seluruhnya dibangun dari es, hotel tersebut dibangun kembali setiap tahun.

9. Kucing, unta, dan jerapah adalah 3 binatang di dunia (tidak ada binatang lain selain ketiga binatang tsb.) yang berjalan kaki kanan, kaki kanan, kaki kiri, kaki kiri, daripada kaki kanan, kaki kiri.

10. Suara yang anda dengar ketika anda menggeretakan buku2 jari anda sebenarnya adalah suara gelembung-gelembung nitrogen yang meletus.

11. Mengunyah permen karet pada saat memotong bawang dapat membantu orang menghentikan air mata yang keluar.

12. Rata2 pandangan orang dapat mencakup sudut selebar 200 derajat.

13. Untuk menentukan apakah sebuah semangka telah masak, ketuklah semangka itu, dan jika suaranya terdengar kosong, itu berarti bahwa semangka itu sudah masak.

14. Tanaman yang disiram dengan air hangat akan tumbuh lebih cepat dan lebih besar daripada tanaman yang disiram dengan air dingin.

15. Bawang dapat mengurangi kolesterol jika dimakan setelah menyantap hidangan yang berlemak.

semoga bermanfaat, dan semoga BUKAN REPOST.

(Sumber : Majalah Kasu apa kasut, saya juga lupa namanya, edisi bulan apa juga ngga perhatiin, saya baca majalahnya waktu lagi service mobil, kebetulan ada tuh majalah di ruang tunggunya, pas baca langsung saya ketik ulang di E90 saya. hehe)

salam hangat, pakbos.

from : kaskus.us

Saturday, April 26, 2008

Bos Restorant yang jahat

Mungkin ada yg bisa diambil hikmahnya..


TOUCHING STORY FROM ITALY

Dibalik cerita Pedonor sumsum tulang belakang dan pelaku pemerkosaan. Di
suatu Koran Itali, muncullah berita pencarian orang yang istimewa 17 Mei
1992 di parkiran mobil ke 5 Wayeli (nama kota, tak tahu aku bener engga
nulisnya), seorang wanita kulit putih diperkosa oleh seorang kulit hitam.
Tak lama kemudian, sang wanita melahirkan seorang bayi perempuan berkulit
hitam. Ia dan suaminya tiba-tiba saja menanggung tanggung jawab untuk
memelihara anak ini. Sayangnya,sang bayi kini menderita leukemia (kanker
darah). Dan ia memerlukan transfer sumsum tulang belakang segera.

Ayah kandungnya merupakan satu-satunya penyambung harapan hidupnya.
Berharap
agar pelaku pada waktu itu saat melihat berita ini, bersedia menghubungi
Dr. Adely di RS Elisabeth. Berita pencarian orang ini membuat seluruh
masyarakat gempar. Setiap orang membicarakannya.Masalahnya adalah apakah orang hitam
ini berani muncul. Padahal jelas ia akan menghadapi kesulitan besar, Jika
ia
berani muncul, ia akan menghadapi masalah hukum, dan ada kemungkinan
merusak
kehidupan rumah tangganya sendiri. Jika ia tetap bersikeras untuk diam,
ia sekali lagi membuat dosa yang tak terampuni. Kisah ini akan berakhir
bagaimanakah ? Seorang anak perempuan yang menderita leukimia ternyata
menyimpan suatu kisah yang memalukan di suatu perkampungan Itali.Martha,
35 thn, adalah wanita yang menjadi pembicaraan semua orang.

Ia dan suaminya Peterson adalah warga kulit putih, tetapi diantara kedua
anaknya, ternyata terdapat satu yang berkulit hitam. Hal ini menarik
perhatian setiap orang disekitar mereka untuk bertanya, Martha hanya
tersenyum kecil berkata pada mereka bahwa nenek berkulit hitam, dan
kakeknya
berkulit putih, maka anaknya Monika mendapat kemungkinan seperti ini.
Musim
gugur 2002, Monika yang berkulit hitam terus menerus mengalami demam
tinggi.
Terakhir, Dr. Adely memvonis Monika menderita leukimia. Harapan
satu-satunya
hanyalah mencari pedonor sumsum tulang belakang yang paling cocok
untuknya.
Dokter menjelaskan lebih lanjut. Diantara mereka yang ada hubungan darah
dengan Monika merupakan cara yang paling mudah untuk menemukan pedonor
tercocok. Harap seluruh anggota keluarga kalian berkumpul untuk menjalani
pemeriksaan sumsum tulang belakang.

Raut wajah Martha berubah, tapi tetap saja seluruh keluarga menjalani
pemeriksaan. Hasilnya tak satupun yang cocok. Dokter memberitahu mereka,
dalam kasus seperti Monika ini, mencari pedonor yang cocok sangatlah
kecil
kemungkinannya. Sekarang hanya ada satu carayang paling manjur, yaitu
Martha
dan suaminya kembali mengandung anak lagi. Dan mendonorkan darah anak
untuK.
Monika. Mendengar usul ini Martha tiba-tiba menjadi panik, dan berkata
tanpa suara "Tuhan..kenapa menjadi begini ?" Ia menatap suaminya, sinar matanya
dipenuhi ketakutan dan putus asa. Peterson mengerutkan keningnya
berpikir.
Dr. Adely berusaha menjelaskan pada mereka, saat ini banyak orang yang
menggunakan cara ini untuk menolong nyawa para penderita leukimia, lagi
pula
cara ini terhadap bayi yang baru dilahirkan sama sekali tak ada
pengaruhnya.
Hal ini hanya didengarkan oleh pasangan suami istri tersebut, dan
termenung
begitu lama. Terakhir mereka hanya berkata, Biarkan kami memikirkannya
kembali.

Malam kedua, Dr. Adely tengah bergiliran tugas, tiba-tiba pintu ruang
kerjanya terbuka, pasangan suami-istri tersebut. Martha menggigit
bibirnya
keras, suaminya Peterson, menggenggam tangannya, dan berkata serius pada
dokter. Kami ada suatu hal yang perlu memberitahumu. Tapi harap Anda
berjanji untuk menjaga kerahasiaan ini, karena ini merupakan rahasia kami
suami-istri selama beberapa tahun. Dr. Adely menganggukkan kepalanya.
Lalu
mereka menceritakan Itu adalah 10 tahun lalu, dimana Martha ketika pulang
kerja telah diperkosa seorang remaja berkulit hitam. Saat Martha sadar,
dan
pulang ke rumah dengan tergesa-gesa, waktu telah menunjukkan pukul 1
malam.
Waktu itu aku bagaikan gila keluar rumah mencari orang hitam itu untuk
membuat perhitungan. Tapi telah tak ada bayangan orang satupun. Malam itu
kami hanya dapat memeluk kepala masing-masing menahan kepedihan.
Sepertinya
seluruh langit runtuh.

Bicara sampai sini, Peterson telah dibanjiri air mata, Ia melanjutkan
kembali . Tak lama kemudian Martha mendapati dirinya hamil. Kami merasa
sangat ketakutan, kuatir bila anak yang dikandungnya merupakan milik
orang
hitam tersebut. Martha berencana untuk menggugurkannya, tapi aku masih
mengharapkan keberuntungan, mungkin anak yang dikandungnya adalah bayi
kami.

Begitulah, kami ketakutan menunggu beberapa bulan. Maret 1993, Martha
melahirkan bayi perempuan, dan ia berkulit hitam. Kami begitu putus asa,
pernah terpikir untuk mengirim sang anak ke panti asuhan. Tapi mendengar
suara tangisnya, kami sungguh tak tega. Terlebih lagi bagaimanapun Martha
telah mengandungnya, ia juga merupakan sebuah nyawa. pada akhirnya kami memutuskan untuk
memeliharanya, dan memberinya nama Monika.

Mata Dr. Adely juga digenangi air mata, pada akhirnya ia memahami kenapa
bagi kedua suami istri tersebut kembali mengandung anak merupakan hal
yang sangat mengkuatirkan. Ia berpikir sambil mengangguk-anggukkan kepala
berkata Memang jika demikian, kalian melahirkan 10 anak sekalipun akan sulit
untuk mendapatkan donor yang cocok untuk Monika. Beberapa lama kemudian, ia memandang Martha dan berkata Kelihatannya, kalian harus mencari ayah kandung Monika. Barangkali sumsum tulangnyacocok untuk Monika.Tetapi, apakah kalian bersedia membiarkan ia kembali muncul dalam kehidupan kalian ?

Martha berkata : "Demi anak, aku bersedia berlapang dada memaafkannya. Bila ia bersedia muncul menyelamatkannya. Aku tak akan memperkarakannya. Dr. Adely merasa terkejut akan kedalaman cinta sang ibu.

Martha dan Peterson mempertimbangkannya baik-baik, sebelum akhirnya
memutuskan memuat berita pencarian ini di koran dengan menggunakan nama
samaran.

November 2002, di koranWayeli termuat berita pencarian ini, seperti
yang digambarkan sebelumnya. Berita ini memohon sang pelaku pemerkosaan
waktu itu berani muncul, demi untuk menolong sebuah nyawa seorang anak
perempuan penderita leukimia ! Begitu berita ini keluar, tanggapan
masyarakat begitu menggemparkan. Kotak surat dan telepon Dr. Adely
bagaikan meledak saja, kebanjiran surat masuk dan telepon, orang-orang terus
bertanya siapakah wanita ini Mereka ingin bertemu dengannya, berharap dapat
memberikan bantuan padanya. Tetapi Martha menolak semua perhatian mereka, ia tak ingin mengungkapkan identitas sebenarnya, lebih tak ingin lagi
identitas Monika sebagai anak hasil pemerkosaan terungkap.

Seluruh media penuh dengan diskusi tentang bagaimana cerita ini berakhir.
(suratkabar Roma) Komentar dengan topik : Orang hitam itu akan munculkah
?
Jika orang hitam ini berani muncul, akan bagaimanakah masyarakat kita
sekarang menilainya Akankah menggunakan hukum yang berlaku untuk
menghakiminya Haruskah ia menerima hukuman dan cacian untuk masa lalunya,
ataukah ia harus menerima pujian karena keberaniannya hari ini ?

Saat itu berita pencarian juga muncul di Napulese, memporakporandakan
perasaan seorang pengelola toko minuman keras berusia 30 tahun. Ia
seorang kulit hitam, bernama Ajili. 17 Mei 1992 waktu itu, ia memiliki lembaran
tergelam merupakan mimpi terburuknya di malam berhujan itu. Ia adalah
sang
peran utama dalam kisah ini. Tak seorangpun menyangka, Ajili yang sangat
kaya raya itu, pernah bekerja sebagai pencuci piring panggilan.

Dikarenakan orang tuanya telah meninggal sejak ia masih muda, ia yang tak pernah mengenyam dunia pendidikan terpaksa bekerja sejak dini. Ia yang begitu pandai dan cekatan, berharap dirinya sendiri bekerja dengan giat demi
mendapatkan sedikit uang dan penghargaan dari orang lain. Tapi sialnya,
bosnya merupakan seorang rasialis, yang selalu mendiskriminasikannya. Tak
peduli segiat apapun dirinya, selalu memukul dan memakinya. 17 Mei 1992,
merupakan ulang tahunnya ke 20, ia berencana untuk pulang kerja lebih
awal
merayakan hari ulang tahunnya. Siapa menyangka, ditengah kesibukan ia
memecahkan sebuah piring. Sang bos menahan kepalanya, memaksanya untuk
menelan pecahan piring. Ajili begitu marah dan memukul sang bos, lalu
berlari keluar meninggalkan restoran. Ditengah kemarahannya ia bertekad
untuk membalas dendam pada si kulit putih. Malam berhujan lebat, tiada
seorangpun lewat, dan di parkiran ia bertemu Martha. Untuk membalaskan
dendamnya akibat pendiskriminasian, ia pun memperkosa sang wanita yang
tak berdosa ini.

Tapi selesai melakukannya, Ajili mulai panik dan ketakutan. Malam itu
juga Ia menggunakan uang ulang tahunnya untuk membeli tiket KA menuju
Napulese, meninggalkan kota ini.Di Napulese, ia bertemu keberuntungannya. Ajili mendapatkan pekerjaan dengan lancar di restoran milik orang Amerika.
Kedua
pasangan Amerika ini sangatlah mengagumi kemampuannya, dan menikahkannya
dengan anak perempuan merka, Lina, dan pada akhirnya juga mempercayainya
untuk mengelola toko mereka. Beberapa tahun ini, ia yang begitu tangkas,
tak hanya memajukan bisnis toko minuman keras ini, ia juga memiliki 3 anak
yang lucu.

Dimata pekerja lainnya dan seluruh anggota keluarga, Ajili
merupakan bos yang baik, suami yang baik, ayah yang baik. Tapi hati nuraninya tetap
membuatnya tak melupakan dosa yang pernah diperbuatnya.

Ia selalu memohon ampun pada Tuhan dan berharap Tuhan melindungi wanita
yang
pernah diperkosanya, berharap ia selalu hidup damai dan tentram. Tapi ia
menyimpan rahasianya rapat-rapat, tak memberitahu seorangpun. Pagi hari
itu,
Ajili berkali-kali membolak-balik koran, ia terus mempertimbangkan
kemungkinan dirinyalah pelaku yang dimaksud. Sedikitpun ia tak pernah
membayangkan bahwa wanita malangitu mengandung anaknya, bahkan menanggung
tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga anak yang awalnya bukanlah
miliknya.

Hari itu, Ajili beberapa kali mencoba menghubungi no.Telepon
Dr.Adely.Tapi
setiap kali, belum sempat menekan habis tombol telepon, iatelah
menutupnya
kembali. Hatinya terus bertentangan, bila ia bersedia mengakui semuanya,
setiap orang kelak akan mengetahui sisi terburuknya ini, anak-anaknya tak
akan lagi mencintainya, ia akan kehilangan keluarganya yang bahagia dan
istrinya yang cantik. Juga akan kehilangan penghormatan masyarakat
disekitarnya. Semua yang ia dapatkan dengan ditukar kerja kerasnya
bertahun-tahun. Malam itu, saat makan bersama, seluruh keluarga
mendiskusikan kasus Martha.Sang istri, Lina berkata : : "Aku sangat
mengagumi Martha. Bila aku diposisinya, aku tak akan memiliki keberanian
untuk memelihara anak hasil perkosaan hingga dewasa. Aku lebih mengagumi
lagi suami Martha, ia sungguh pria yang patut dihormati, tak disangka ia
dapat menerima anak yang demikian". Ajili termenung mendengarkan pendapat
istrinya, dan tiba-tiba mengajukan pertanyaan: Kalau begitu, bagaimana
kau
memandang pelaku pemerkosaan itu ? Sedikitpun aku tak akan memaafkannya
!!!

Waktu itu ia sudah membuat kesalahan, kali ini juga hanya dapat meringkuk
menyelingkupi dirinya sendiri, ia benar-benar begitu rendah, begitu
egois,
begitu pengecut ! Ia benar-benar seorang pengecut ! demikian istrinya
menjawab dengan dipenuhi api kemarahan. Ajili mendengarkan saja, tak
berani
mengatakan kenyataan pada istrinya. Malam itu, anaknya yang baru berusia
5 tahun begitu rewel tak bersedia tidur, untuk pertama kalinya Ajili
kehilangan kesabaran dan menamparnya. Sang anak sambil menangis berkata
:"Kau ayah yang jahat, aku tak mau peduli kamu lagi. Aku tak ingin kau
menjadi ayahku". Hati Ajili bagai terpukul keras mendengarnya, ia pun
memeluk erat-erat sang anak dan berkata: "Maaf, ayah tak akan memukulmu
lagi. Ayah yang salah, maafkan papa ya".

Sampai sini, Ajili pun tiba-tiba menangis. Sang anak terkejut dibuatnya,
dan
buru-buru berkata padanya untuk menenangkan ayahnya : "Baiklah,
kumaafkan.
Guru TK ku bilang, anak yang baik adalah anak yang mau memperbaiki
kesalahannya. Malam itu, Ajili tak dapat terlelap, merasa dirinya
bagaikan
terbakar dalam neraka. Dimatanya selalu terbayang kejadian malam berhujan
deras itu, dan bayangan sang wanita. Ia sepertinya dapat mendengarkan
jerit tangis wanita itu.

Tak henti-hentinya ia bertanya pada dirinya sendiri :
"Aku ini sebenarnya orang baik, atau orang jahat ?" Mendengar bunyi napas
istrinya yang teratur, ia pun kehilangan seluruh keberaniannya untuk
berdiri. Hari kedua, ia hampir tak tahan lagi rasanya. Istrinya mulai
merasakan adanya ketidakberesan pada dirinya, memberikan perhatian
padanya
dengan menanyakan apakah ada masalah Dan ia mencari alasan tak enak badan
untuk meloloskan dirinya. Pagi hari di jam kerja, sang karyawan
menyapanya
ramah : "Selamat pagi, manager !" Mendengar itu, wajahnya tiba-tiba
menjadi
pucat pasi, dalam hati dipenuhi perasaan tak menentu dan rasa malu. Ia
merasa dirinya hampir menjadi gila saja rasanya.

Setelah berhari-hari memeriksa hati nuraninya, Ajili tak dapat lagi terus
diam saja, iapun menelepon Dr. Adely. Ia berusaha sekuat tenaga menjaga
suaranya supaya tetap tenang : "Aku ingin mengetahui keadaan anak malang
itu. Dr. Adely memberitahunya, keadaan sang anak sangat parah. Dr.Adely
menambahkan kalimat terakhirnya berkata :"Entah apa ia dapat menunggu
hari kemunculan ayah kandungnya. Kalimat terakhir ini menyentuh hati Ajili
yang paling dalam, suatu perasaan hangat sebagai sang ayah mengalir keluar,
bagaimanapun anak itu juga merupakan darah dagingnya sendiri ! Ia pun
membulatkan tekad untuk menolong Monika. Ia telah melakukan kesalahan
sekali, tak boleh kembali membiarkan dirinya meneruskan kesalahan ini.
Malam hari itu juga, ia pun mengobarkan keberaniannya sendiri untuk memberitahu sang istri tentang segala rahasianya. Terakhir ia berkata : "Sangatlah mungkin bahwa aku adalah ayah Monika Aku harus menyelamatkannya Lina sangat
terkejut, marah dan terluka, mendengar semuanya, ia berteriak marah
:"Kau PEMBOHONG !" Malam itu juga ia membawa ketiga anak mereka, dan lari
pulang ke rumah ayah ibunya. Ketika ia memberitahu mereka tentang kisah Ajili, kemarahan kedua suami-istri tersebut dengan segera mereda. Mereka adalah dua
orang tua yang penuh pengalaman hidup, mereka menasehatinya : "Memang
benar,
kita patut marah terhadap segala tingkah laku Ajili di masa lalu. Tapi
pernahkah kamu memikirkan, ia dapat mengulurkan dirinya untuk muncul,
perlu
berapa banyak keberanian besar. Hal ini membuktikan bahwa hati nuraninya
belum sepenuhnya terkubur. Apakah kau mengharapkan seorang suami yang
pernah
melakukan kesalahan tapi kini bersedia memperbaiki dirinya Ataukah
seornag
suami yang selamanya menyimpan kebusukan ini didalamnya ?" Mendengar ini
Lina terpekur beberapa lama.
Pagi-pagi di hari kedua, ia langsung kembali ke sisi Ajili, menatap mata
sang suami yang dipenuhi penderitaan, Lina menetapkan hatinya berkata :
"Ajili, pergilah menemui Dr. Adely ! Aku akan menemanimu !"

3 Februari 2003, suami istri Ajili, menghubungi Dr. Adely.8 Februari,
pasangan tersebut tiba di RS Elisabeth, demi untuk pemeriksaan DNA Ajili.
Hasilnya Ajili benar-benar adalah ayah Monika. Ketika Martha mengetahui
bahwa orang hitam pemerkosanya itu pada akhirnya berani memunculkan
dirinya,
ia pun tak dapat menahan air matanya. Sepuluh tahun ini ia terus memendam
dendam kesumat terhadap Ajili, namun saat ini ia hanya dipenuhi perasaan
terharu. Segalanya berlangsung dalam keheningan. Demi untuk melindungi
pasangan Ajili dan pasangan Martha, pihak RS tidak mengungkapkan dengan
jelas identitas mereka semua pada media, dan juga tak bersedia
mengungkapkan
keadaan sebenarnya, mereka hanya memberitahu media bahwa ayah kandung
Monika
telah ditemukan.

Berita ini mengejutkan seluruh pemerhati berita ini. Mereka terus-menerus
menelepon, menulis suratpada Dr. Adely, memohon untuk dapat menyampaikan
kemarahan mereka pada orang hitam ini, sekaligus penghormatan mereka
padanya. Mereka berpendapat : "Barangkali ia pernah melakukan tindak
pidana,
namun saat ini ia seorang pahlawan !" 10 Februari, kedua pasangan Martha
dan suami memohon untuk dapat bertemu muka langsung dengan Ajili. Awalnya
Ajili tak berani untuk menemui mereka, namun pada permohonan ketiga
Martha,
iapun menyetujui hal ini. 18 Februari, dalam ruang tertutup dan
dirahasiakan
di RS, Martha bertemu langsung dengan Ajili.

Ajili baru saja memangkas rambutnya, saat ia melihat Marth, langkah
kakinya
terasa sangatlah berat, raut wajahnya memucat. Martha dan suaminya
melangkah
maju, dan mereka bersama-sama saling menjabat tangan masing-masing,
sesaat
ketiga orang tersebut diam tanpa suara menahan kepedihan, sebelum
akhirnya
air mata mereka bersama-sama mengalir. Beberapa waktu kemudian, dengan
suara
serak Ajili berkata : "Maaf...mohon maafkan aku !" Kalimat ini telah
terpendam dalam hatiku selama 10 tahun. Hari ini akhirnya aku mendapat
kesempatan untuk mengatakannya langsung kepadamu. Martha menjawab :
"Terima
kasih Kau dapat muncul. Semoga Tuhan memberkati, sehingga sumsum tulang
belakangmu dapat menolong putriku".

19 Februari, dokter melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang Ajili.
Untungnya, sumsum tulang belakangnya sangat cocok bagi Monika Sang dokter
berkata dengan antusias : "Ini suatu keajaiban !"
22 Februari 2003, sekian lama harapan masyarakat luas akhirnya
terkabulkan.
Monika menerima sumsum tulang belakang Ajili, dan pada akhirnya Monika
telah
melewati masa kritis. Satu minggu kemudian, Monika boleh keluar RS dengan
sehat walafiat. Martha dan suami memaafkan Ajili sepenuhnya, dan secara
khusus mengundang Ajili dan Dr. Adely datang kerumah mereka untuk
merayakannya. Tapi hari itu Ajili tidak hadir, ia memohon Dr. Adely
membawa
suratnya bagi mereka. Dalam suratnya ia menyatakan penyesalan dan rasa
malunya berkata :"Aku tak ingin kembali mengganggu kehidupan tenang
kalian.
Aku berharap Monika berbahagia selalu hidup dan tumbuh dewasa bersama
kalian. Bila kalian menghadapi kesulitan bagaimanapun, harap hubungi aku,
aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu kalian". Saat ini juga,
aku
sangat berterima kasih pada Monika, dari dalam lubuk hatiku terdalam,
dialah
yang memberiku kesempatan untuk menebus dosa. Dialah yang membuatku dapat
memiliki kehidupan yang benar-benar bahagia di saparoh usiaku
selanjutnya.
Ini adalah hadiah yang ia berikan padaku ! ( Italia post)

Wednesday, April 23, 2008

OpenBSD diskd

tunning OpenBSD Diskd (Biar nggak kehabisan file description)

saat configure awal squid
./configure --with-maxfd=8192


beberapa file OpenBSD yg perlu di edit maupun d tambahi parameter
/etc/login.conf
:maxproc-max=8192:\
:openfiles-max=infinity:\


/etc/sysctl.conf
kern.maxclusters=65535
kern.maxvnodes=8192
kern.maxfiles=8192


/usr/src/sys/arch/i386/conf/diskd-kernel
option BUFCACHEPERCENT=15
option MSGMNB=16384 # max # of bytes in a queue
option MSGMNI=80 # number of message queue identifiers
option MSGSEG=8192 # number of message segments per queue
option MSGSSZ=64 # size of a message segment
option MSGTQL=4096 # max messages in system
option RTHREADS
option MAXFILES=8192

Wednesday, April 16, 2008

Sempat Berpikir Lebih Baik Mati daripada Melanjutkan Kemo

2 September 2007

Pengalaman Pribadi Menjalani Transplantasi Liver ( 8 )

Oleh:
Dahlan Iskan
iskan@jawapos.co.id


Saya sudah biasa dengan sikap untuk tidak berharap banyak pada apapun dan pada siapapun. Ini, menurut pendapat saya, baik. Karena akan membuat saya merasa lebih bahagia. Setidaknya tidak akan membuat saya terlalu kecewa.

Bukankah bahagia dan kecewa sebenarnya bisa kita ciptakan sendiri? Orang akan merasa bahagia kalau keinginannya tercapai. Orang akan merasa kecewa kalau keinginannya tidak tercapai.

Maka, ini saya, untuk mencapai kebahagiaan sangatlah mudah: jangan pasang keinginan terlalu tinggi. Jangan menaruh harapan terlalu banyak.

KALAU saya sangat tahan menerima penderitaan selama di ICU, bukan saya jagoan dalam menerima rasa sakit. Bukan. Saya pernah mengalami rasa sakit sampai tidak tahan lagi menanggungkannya. Saya pernah mengalami rasa sakit yang “sampai nggak bisa dirasakan”. Yakni, ketika setahun lalu harus menjalani kemoterapi. Waktu itu diketahui (lewat scanner) bahwa di liver saya sudah ada kankernya. Lalu kanker itu dicoba dibunuh dengan cara di-TACE. Lalu dikemo. (Kelak akan saya jelaskan apa itu di-TACE).

Setelah dikemo itu, rasanya luar biasa tidak karuan. Yakni sakit, mual, mulas, kembung, melintir-lintir, dan entah berapa jenis rasa sakit menjadi satu. Sampai-sampai saya tak bisa memisah-misahkan bentuk sakitnya itu terdiri atas berapa macam rasa sakit.

Dalam hal ini saya merasa kalah dengan Sara, salah satu manajer keuangan saya. Dia muda, cantik, tinggi, dan diserang kanker. Dia harus menjalani kemo berpuluh kali hingga kepalanya gundul. Kini dia kembali cantik dan sudah melupakan penderitaan kemonya.

Sedang saya tidak tahan. Saya bilang kepada Robert Lai yang menunggui saya di Singapura, kalau dalam satu hari itu tidak juga reda, saya pilih mati. Tidak ada gunanya hidup dalam keadaan seperti itu. Saya minta mati saja, kata saya kepadanya. Lalu dia lapor ke dokter. Saya diberi obat tertentu. Pasti painkiller. Pelan-pelan rasa tidak karu-karuannya berkurang.

Tapi, saya kemudian memutuskan tidak mau lagi dikemo. Tidak tahan. Saya akan cari jalan lain saja. Atau lebih baik mati saja. Toh saya sudah berumur 55 tahun. Sudah berbuat sesuatu yang lumayan. Juga sudah melebihi umur ibu saya, atau umur kakak saya, atau umur paman-paman saya.

Ini bukan untuk menunjukkan bahwa saya pernah hampir putus asa, melainkan untuk menunjukkan kekaguman saya kepada orang-orang yang mampu menjalani kemo berkali-kali. Mereka jelas lebih hebat dari saya.

***

Hari pertama di ICU itu saya tidak merasa mengantuk. Hanya, mata terus terpejam. Rasanya saya tidak punya kekuatan untuk membuka kelopak mata saya sendiri. Sambil mata tetap terpejam pikiran saya jalan ke mana-mana. Ke Surabaya, ke Medan, Bengkulu, Batam sampai ke Palu. Saya juga suka memperhatikan kesibukan di ruang ICU itu. Memperhatikan dengan mata terpejam. Semua saya catat dalam ingatan saya. Dasar bekas wartawan! Kata hati saya.

Memperhatikan apa saja yang terjadi di ICU itu membuat perhatian saya terbagi. Ini baik. Karena tidak melulu tercurah ke rasa sakit. Perhatian saya menjadi tidak hanya kepada banyaknya selang yang menancap di sekujur tubuh. Saya juga bisa melupakan rasa penat akibat tekad saya sendiri untuk tidak akan menggerakkan tubuh sedikit pun selama 24 jam. Yakni, agar tidak berakibat buruk pada luka-luka operasi saya. Baik luka di kulit akibat sayatan pisau atau luka di dalam akibat terjadinya penyambungan-penyambungan pembuluh darah.

Tak terasa sore pun tiba. Sore itu, satu selang yang dimasukkan lewat leher kanan saya dicabut, dilepas. Agak lega sedikit. Tapi, masih ada dua selang yang menancap di leher yang dilubangi itu. Agak lebih sore lagi, selang yang dimasukkan ke rongga perut lewat lubang hidung juga dicabut. Lebih lega lagi. Saya terus berharap, selang-selang itu satu per satu akan dilepas. Saya tidak mau bertanya jadwal melepaskan selang-selang sisanya. Khawatir berharap terlalu banyak. Saya sudah biasa dengan sikap untuk tidak berharap banyak pada apa pun dan pada siapa pun. Ini, menurut pendapat saya, baik. Karena akan membuat saya merasa lebih bahagia. Setidaknya tidak akan membuat saya terlalu kecewa.

Bukankah bahagia dan kecewa sebenarnya bisa kita ciptakan sendiri? Orang akan merasa bahagia kalau keinginannya tercapai. Orang akan merasa kecewa kalau keinginannya tidak tercapai. Maka, ini saya, untuk mencapai kebahagiaan sangatlah mudah: Jangan pasang keinginan terlalu tinggi. Jangan menaruh harapan terlalu banyak.

Dulu pun saya hanya ingin Jawa Pos menjadi koran yang oplahnya separonya dari Surabaya Post. Tidak perlu lebih besar dari itu. Waktu itu, rasanya tidak mungkin mengejar Surabaya Post yang sudah merajalela kehebatannya.

Baru setelah ternyata mudah sekali membuat koran yang bisa sebesar 50 persennya Surabaya Post, meningkatlah keinginan untuk bisa sebesar Surabaya Post. Keinginan itu meningkat terus secara bertahap, sehingga menjadi seperti Grup Jawa Pos sekarang.

Sebuah koran nasional dari daerah dengan oplah lebih dari 300 ribu eksemplar per hari. Ini belum termasuk koran-koran Grup Jawa Pos yang terbit di Jakarta dan di kota-kota lain di luar pulau. Bahkan, koran ini berkembang sedemikian rupa hingga menjadi sebuah grup media yang membawahkan lebih dari 100 koran harian dan mingguan, delapan televisi lokal, pabrik kertas, dan power plant.

Jadi, kalau ada yang menganalisis bahwa saya punya grand design untuk membuat Jawa Pos seperti sekarang, tidaknya begitu kenyataannya.

Hanya desain-desain kecil yang saya buat. Tapi, saya wujudkan dengan konstan. Dengan istikamah, dalam istilah Pesantren Miftahul Ulum Al Islami, Kedungdung, pimpinan KH Ilyas Khotib, di Bangkalan, Madura. Saya punya prinsip semuanya sebaiknya mengalir saja seperti air. Hanya, kalau bisa, alirannya yang deras. Batu pun kadang bisa menggelundung, kalah dengan air yang deras.

Itu menangnya orang yang tidak punya cita-cita tinggi sejak awal. Hidupnya lebih fleksibel. Karena tidak punya cita-cita, kalau dalam perjalanannya menghadapi batu besar, ia akan membelok. Tapi, kalau orang berpegang teguh pada cita-cita, bertemu batu pun akan ditabrak. Iya kalau batunya yang menggelundung, lha kalau kepalanya yang pecah gimana? Cita-cita saya semula hanya ingin punya sepatu, biar pun rombengan. Lalu ingin punya sepeda. Rasanya, waktu pertama punya sepeda (juga bekas) bahagianya melebihi saat punya Jaguar. Padahal, sepeda itu pernah putus as rodanya sehingga tidak bisa dinaiki. Bahkan, dituntun pun tidak bisa. Terpaksalah saya menggendongnya. Menggendong dengan bahagia.

Malamnya saya juga tidak mengantuk. Mungkin sudah kelamaan ditidurkan! Yakni, 18 jam dibius. Malam itu saya menyaksikan kerja perawat di ruang ICU yang luar biasa sibuknya. Perawat shift malam itu mulai bekerja pukul 19.00 dan baru akan pulang pukul 07.00 keesokan harinya. Sepanjang malam mereka bekerja tanpa istirahat sedikit pun. Ini karena tiap tiga perawat mengurus lima pasien ICU. Semuanya baru saja menjalani penggantian organ tubuh. Ada yang ganti liver seperti saya, ada yang ganti ginjal, ada yang ganti jantung. Tiap-tiap pasien memerlukan begitu banyak obat, begitu banyak macam cairan infus, begitu banyak alat deteksi yang terus-menerus harus dipantau, diganti, dan dicatat.

Dan, yang juga tak kalah penting adalah dibuatkan invoice-nya untuk menagihkan kepada pasien. Maka setiap habis menggunakan bahan, harus dicatat berapa harganya dan lalu di-invoice-kan. Ini penting sekali, bagi RS tentunya. Sebab, kalau salah dalam meng-invoice-kan, berarti rumah sakit akan menderita. Yakni, menderita kerugian.

Setiap ada kesempatan saya selalu memuji mereka. “Anda luar biasa sekali. Satu malam suntuk bekerja tanpa istirahat,” kata saya. “Untung Anda masih sangat muda. Kalau sudah tua, nggak mungkin bisa bekerja tanpa henti dengan konsentrasi tinggi sepanjang malam,” kata saya. “Terima kasih,” jawabnya.

Saya tahu dia akan libur besoknya. Jadi masih lumayan. Berbeda dengan muda saya dulu. Saya ingat waktu itu, waktu mulai membangun Jawa Pos dari sebuah koran yang hampir bangkrut, saya harus bekerja sepanjang malam. Besoknya tidak pakai libur. Bahkan, sudah harus bekerja sejak pagi lagi. Sampai malam lagi. Begitu seterusnya. Tidak libur. Besoknya sepanjang malam lagi, sepanjang siang lagi dan sepanjang malam lagi. Tujuh hari seminggu, 30 hari sebulan, 360 hari setahun. Selama kira-kira 15 tahun berturut-turut.

Inilah yang membuat organ di dalam tubuh saya menderita. Liver saya kalah. Dia sebenarnya sudah lama menangis-nangis minta diperhatikan. Sudah lama minta untuk tidak diperlakukan seperti itu. Sudah lama komplain ke sana kemari. Namun, karena tidak dipedulikan, lantas ngambek seperti ini. Lalu minta diistirahatkan seterusnya. (bersambung)